Seputar Peradilan

Ramadhan Series PA Tasikmalaya : Mengenal Rasm Utsmani

series4

Singaparna | Rabu (30/03) Ramadhan series PA Tasikmalaya memasuki episode ke-dua, yang dimulai pukul 08.00 WIB bertempat di Ruang tunggu sidang dengan diikuti seluruh pegawai. Kegiatan dimulai dengan tadarus Al-Qur’an secara mandiri. Kemudian, dilanjutkan kegiatan kultum yang dipandu oleh Drs. Aminudin dengan penceramah Drs. H. Dadang Priatna.

Dalam tausiyahnya, beliau membawakan materi mengenai Rasm Utsmani. Rasm berasal dari kata rasama, yarsamu, rasma, yang berarti menggambar atau melukis. Rasm adalah tatacara penulisan, atau disebut juga pola tulis kalimat. Secara umum, dalam penulisan huruf Arab ada tiga jenis rasm, yaitu:

  1. Rasm qiyasi/imlai, pola penulisan sesuai dengan cara pengucapannya.
  2. Rasm Utsmani, pola penulisan sesuai dengan cara penulisan yang ditetapkan shahabat Usman bin Affan RA.
  3. Rasm Arudi, pola penulisan sesuai dengan wazan dalam syair-syair Arab.

Dalam penulisan mushaf Al-Quran, hanya dipakai dua rasm, yaitu Rasm Qiyasi dan Rasm Utsmani. Yang paling populer hingga saat ini adalah mushaf Al-Quran yang ditulis menggunakan Rasm Utsmani.

series5

Rasm yang terletak dalam mushaf Utsmani merupakan salah satu rahasia yang terletak dalam penulisan mushaf Al-Qur’an terkait beberapa kalimat dalam Al-Qur’an yang ditulis oleh sahabat dalam mushaf Utsmani dengan model khusus yang berbeda dari kaidah penulisan imla, yaitu meliputi kaidah penghapusan (hadzf), penambahan (ziyadah), penulisan ha (hamz), penggantian (badal), penyambungan (Washl), pemisahan (Fasl).

Pembahasan mengenai rasm Utsmani tidak akan pernah terlepas dari Mushhaf Utsmani. Mushaf Utsmani ditulis pada era Utsman bin Affan sebagai kodifikasi Al-Qur’an yang ketiga, melihat banyaknya umat Islam kala itu yang saling menyalahkan bacaan antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya itu, sebagian orang bahkan mengkafirkan sebagian yang lain akibat perbedaan bacaan dan sedikitnya pengetahuan umat tentang bacaan Al-Qur’an yang diturunkan dengan lahjah yang lain. Oleh karena itu, Utsman bin Affan meminta Zaid bin Tsabit untuk menuliskan kembali Al-Qur’an dengan satu lahjah, satu bahasa, yaitu lahjah Quraisy. Setelah proses pentashihan yang panjang hingga dibentuk tim kodifikasi Al-Qur’an, mushaf yang dituliskan oleh Zaid disebar ke berbagai kota. Mushaf ini kemudian disebut sebagai mushaf Utsmani hingga sekarang karena penulisannya dilakukan pada era Utsman bin Affan atas perintahnya.

Sebagaimana Al-Qur’an yang disebarkan menggunakan satu lahjah yang telah disepakati, penulisan yang digunakan pada tiap mushaf yang disebarkan pun menggunakan satu model Rasm, yang selanjutnya disebut dengan rasm mushaf Utsmani, agar umat Islam dapat membaca Al-Qur’an melalui satu bentuk tulisan. Karena, perbedaan qiraat akan menyebabkan perbedaan rasm yang dtulis. Oleh karena itu, Utsman bin Affan mengirimkan imam kepada masing-masing kota untuk mengajarkan tentang cara pembacaan mushaf Utsmani dengan rasmnya. Untuk itulah, penulisan Al-Qur’an pada masa setelahnya wajib mengikuti rasm Utsmani.

(Red:Fik)


[rtbs name="tab-home"]
cctv